Sunday, March 4, 2018

Gaya Hidup Para Pengacara Kawakan yang Bertabur Kemewahan


TEMPO.CO, Jakarta - Gaya hidup para pengacara kawakan menarik perhatian publik setelah pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi memaparkan kegemarannya akan kemewahan. Salah satu pengacara yang juga kerap memamerkan mobil dan perhiasan mewahnya adalah Hotman Paris Hutapea. Situs Judi Online

ketika bertemu Tempo pada Selasa pekan lalu, Hotman tak segan memperlihatkan setelan jas berwarna marun dan sepatu berwarna senada yang dikenakannya saat itu. “Sepatu ini tidak ada di Indonesia. Kalau digosok, berwarna-warni ini,” katanya.

Hotman Paris juga mengenakan sejumlah cincin yang tampak mahal di jari-jemarinya. Ia memperlihatkan dasi yang dibelikan istrinya di salah satu toko termewah di London, Inggris. Bagi dia, penampilan adalah modal dalam pekerjaannya sebagai pengacara. “Saya takkan lepas dari tampilan profesional, kecuali akhir pekan.”

Hotman dikenal sebagai pengacara yang tak sungkan mempertontonkan kekayaannya melalui media sosial seperti Instagram. Masyarakat bisa melihat Hotman berpose bersama mobil-mobil mewah dan properti miliknya.

Kekayaan para pengacara menarik perhatian setelah pada November tahun lalu Najwa Shihab mewawancarai pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi. Dalam wawancara itu, Fredrich mengaku menyukai kemewahan dan sering bepergian ke luar negeri serta gemar menghabiskan uang ketika sedang pelesir.

Fredrich mengaku minimum bisa membelanjakan uang Rp 3-5 miliar ketika bepergian ke luar negeri. Ia juga mengaku membeli tas Hermes seharga Rp 1 miliar karena kegemarannya akan kemewahan.

Pengacara lain yang juga tak sungkan mempertontonkan kemewahan adalah Sunan Kalijaga. Melalui akun Instagram miliknya, beberapa kali Sunan memperlihatkan dirinya berpose bersama mobil-mobil mewah, seperti Range Rover, Mercedes-Benz, Chrysler 300, dan Jeep Wrangler Rubicon.

Soal jalan-jalan ke luar negeri, Hotman menyebutkan setidaknya dalam setahun bisa tiga kali ia pergi ke luar negeri bersama keluarga. Terlebih sejumlah anaknya pernah berkuliah di Inggris. “Pokoknya, tiap Natal, selalu berkumpul dengan keluarga.”

Selain Inggris, ia sering berkunjung ke Paris, Las Vegas, Istanbul, dan Monako. Namun, setelah 20 tahun berkeliling ke pelbagai penjuru dunia, Hotman mengaku sudah tak ingin berlibur ke luar negeri. Ia merasa sudah lelah bepergian jauh. Hotman kini lebih memilih berlibur ke dalam negeri, tepatnya ke Bali. Di sana, ia juga mendirikan sejumlah tempat peristirahatan, dan ia mengaku sudah mulai bosan tinggal di Jakarta. “Apa lagi yang saya cari. Di sana (Bali) tenang.”

Berbeda dengan Hotman, pengacara Elza Syarief tidak menyukai penampilan yang gemerlap. Ia menuturkan, didikan sang ayah membuat dirinya berpenampilan seperti sekarang. Meski dulu ia mengakui mengoleksi banyak sekali blazer, kini baginya yang terpenting dalam berpakaian adalah kenyamanan. “Jakarta tambah panas, saya tak bisa lagi pakai blazer,” katanya kepada Tempo, Senin lalu.

Begitu pun soal berlibur. Ia mengaku tidak menikmati mengikuti tur paket wisata. Ia lebih memilih berlibur yang memuat konten pekerjaannya di dalamnya. Misalnya, ketika mengikuti konferensi di Harvard atau Oxford, Elza biasa berjalan-jalan di daerah sekitar. “Saya suka liburan di mana otak saya juga terisi,” ucap Elza.

Elza menuturkan, uangnya banyak dihabiskan untuk berinvestasi di sejumlah sektor usaha. Ia sudah lama memulai usaha cuci turbin bersama dua saudaranya. Kini, usahanya merambah ke sektor pertambangan batu bara, zeolit, dan andesit di Sumatera serta Kalimantan. Ia juga memiliki perkebunan sawit di Lampung dan Kalimantan.

Elza menjelaskan, beberapa asetnya berasal dari klien yang tidak memiliki uang tunai untuk membayar jasanya. Dengan demikian, terkadang upahnya dibayarkan dalam bentuk sebidang tanah. Ia merasa tidak ada masalah dengan skema tersebut karena nantinya akan membuka banyak lapangan kerja baru dan bisa membuat dirinya berkontribusi untuk Indonesia. “Dari situ saya memiliki banyak investasi akhirnya.”

Mantan Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia, Otto Hasibuan, mengatakan gaya hidup mewah tidak salah. Ia berujar dirinya juga memiliki kemampuan untuk bergaya hidup mewah, namun bukan itu yang menjadi andalan pengacara. Pengacara dipandang karena kejujuran, kualitas saat menangani klien, dan integritasnya.

Otto mengungkapkan, dirinya juga memiliki Ferrari, namun enggan mempertontonkannya kepada publik. Lagi pula mobil itu sudah dilungsurkan kepada anaknya. Ia takut membuat orang terganggu jika mempertontonkan kemewahan. “Orang yang tak punya bisa jengkel. Anda punya harta, nikmati saja,” tuturnya kepada Tempo, Senin lalu.

Meski enggan menyebutkan kekayaannya, Otto tidak membantah rutin berlibur ke luar negeri sebanyak empat kali setahun. Biasanya, liburan dilakukan pada saat libur Idul Fitri, Natal, bulan April-Mei, dan September. Libur Lebaran dan Natal dilakukannya bersama seluruh anggota keluarga, sedangkan libur April-Mei dan September dilakukan berdua dengan istrinya.

Otto berpesan kepada pengacara muda agar jangan berpikir tentang uang lebih dulu. Ia menekankan bahwa sukses pengacara tidak diukur dari hartanya. “Karena, jika ingin kaya, lebih baik menjadi pengusaha.” Ia meminta kepada pengacara muda untuk magang di kantor-kantor hukum besar agar bisa mendapatkan jejaring yang luas dan pengalaman dalam menangani perkara.

Otto melihat banyak pengacara muda mengagumi gaya hidup pengacara senior dan ingin cepat-cepat menyamai kemewahan tersebut. Kini, ia sedang berkampanye ke pengacara-pengacara muda supaya tidak mengukur sukses dari harta, melainkan dari cara mereka menyelesaikan perkara. BANDAR POKER ONLINE


BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya





Share:

0 comments:

Post a Comment

POPULAR POST

SATUQQ

Powered by Blogger.

Blog Archive

Definition List